Kamis, 05 Januari 2012

Apa yang Bisa Saya Bantu?

Bagaimana jadinya ketika rencana yang sudah dibuat rapi, tidak mewujud menjadi kenyataan? Seabrek perasaan pun bercampur baur, kan? Jengkel, sedih, kesal, nyesal, kecewa, marah, dan lain sebagainya. Begitulah fitrah manusia jika ditimpa masalah besar. Maka, kita yang siap membantu, bantulah sahabat kita yang sedantg kebingungan karena masalah yang dialaminya. Semampunya.




Katakan kepada yang saat ini dirundung masalah, “Apa yan bisa saya bantu?” Ucapan ini sedikitnya akan meringankan beban yang menyesakkan dada. Hanya saja, kita harus siap dengan konsekuensi dari pertanyaan tadi. Bukan hanya sekedar pertanyaan, tapi siap dengan perbuatan.

Sikap saling menolong memang mutlak menjadi keharusan. Jika kita tidak mau menolong, angkunglah kita. Dan, orang angkuh dimurkai Allah. Allah saja yang pantas memiliki sifat sombang, tidak sombong kepada makhluk-Nya. Seberapa besar pun dosan dan kesalahan seorang hamba, jika ia benar-benar bertobat, Allah akan mengampuni dan menolongnya.

Tetapi menolong itu pada hal-hal yang baik saja. Jika ada yang meminta pertolongan dibuatkan sesuatu untuk digunakan kejahatan, tolak saja mentah-mentah. Menolong dalam kejahatan berarti kita telah berbuat kejahatan.

Dalam hal ini Allah swt. berfirman:
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَ التَّقْوَى وَ لاَ تَعَاوَنُوْا عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“... dan saling menolong lah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan, janganlah kalian saling menolong dalam dosa dan permusuhan...” (Q.S. al-Maidah [5]: 2).

Yang mesti dijaga dalam menolong orang adalah niat. Kenapa kita menolong? Apakah karena memang murni karena Allah? Dalam arti menolong itu wujud memenuhi perintah Allah. Ataukah ada udang di balik menolong? Yang pasti setiap niat akan berbala sesuai yang ia niatkan. Jika niat menolong karena Allah, maka balasannya Allah yang tanggung. Jika menolong karena ada maunya, maka balasannya adalah apa yang ia niatkan. Sedangkan Allah “memicingkan mata” atas pertolongannya itu.

Teringat satu kisah tentang seseorang, sebut saja Fulan, yang meminta nasehat kepada seorang ustadz. Kenapa rezekinya sekarang-sekarang tidak mencukupi kebutuhan hidupnya? Demikian keluhan si Fulan. Ustadz itu simple menjawab, “Jika kamu ingin mendapatkan rezeki, keluar rumah lah dan mejelmalah menjadi manusia yang bermanfaat!”

Dan, benar. Si Fulan mengamalkan apa yang diucapkan ustadz. Ia keluar rumah dan menjelma menjadi manusia bermanfaat untuk sekitar. Salah satu yang ia lakukan adalah menyeberangkan sang nenek. Hal itu ia lakukan setiap hari. Dan, singkat6 cerita beberapa minggu berlalu, nenek langganan yang biasa ia seberangkan tidak muncul juga.

Ada orang yang mengetuk pintu rumahnya. Menanyakan benarkah ini rumah si Fulan. Setelah dijawab “Ya”, ia diminta datang ke sebuah rumah untuk keperluan sesuatu.

Setiba di rumah itu, ternyata sedang ada prosesi pembagian waris. Ternyata yang meniggal adalah nenek yang biasa ia seberangkan setiap hari. Baruia tahu bahwa nenek itu adalah orang kaya raya.

Sebelum waris itu dibagikan, si nenek sempat menulis sepucuk surat wasiat. Isinya adalah kurang lebih memerintahkan anak cucunya agar sebelum membagi waris mereka memberikan sebagian harta warisan kepada seseorang yang biasa menyeberangkan si nenek setiap hari. Subhanallah… Luar biasa. Si Fulan tersebut diberi harta lebih dari 1 milyar.

Ini bukan kisah fiktif. Ini kisah nyata yang saya dengar dari seorang Ustadz yang kebetulan beliau lah yang memberi nasehat kepada si Fulan. Mantap tenan kisah ini.

Maka, menjadi orang bermanfaat yang salah satunya dengan cara menolong orang, merupakan perbuatan bajik dan bijak. Menolong adalah magent besar yang akan menarik kebaikan-kebaikan lain. Para penolong sejatinya akan dihampiri kebaikan di dalam hidupnya.

Semangat menolong…!!!

0 komentar:

Posting Komentar

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...