BIOGRAFI


Awal Histori
Yusuf Awaludin. Itulah nama yang diukir tujuh hari setelah tanggal 11 Januari 1985 di Kota Santri, Tasikmalaya. Berdasarkan pengakuan orang tuanya, nama Yusuf Awaludin berpilosofis dari kecintaan sang ayah terhadap konsep Quran-Sunnah yang baru dipelajarinya beberapa bulan sebelumnya di tempat ia bekerja.
Yusuf itu sendiri adalah nama nabiyullah yang kisah hidupnya begitu mengharukan, penuh tantangan nan sarat inspirasi. Selain itu Beliau adalah nabi yang sabar dan tegar dalam menghadapi berbagai ujian dari Allah swt.. Yang pasti dari nabi Yusuf adalah ia seorang nabi yang ditakdirkan berwajah tampan sehingga banyak gadis tergoda oleh ketampanannya termasuk istri penguasa saat itu, Zulaikha. Satu itu, bahwa Yusuf Awaludin adalah seorang anak yang diharapkan saleh luar dan dalam. Cakep hatinya, tampan mukanya, he…
Kedua, Awaludin adalah adaptasian dari dua kata dalam bahasa Arab,awwal yang berari pertama dan ad-din yang berarti agama. Maksud penamaan dengan integrasi dari dua kata tersebut adalah orang tuanya bercita-cita agar Yusuf Awaludin menjadi duta keluarga besar beliau yang pertama memahami agama Islam secara benar dan kaffah serta mampu menampilkan cercah cahaya hidayah menuju hidup berkah.
Simpelnya, Yusuf Awaludin adalah lelaki tampan yang diharapkan menjadithe agent of change untuk kebaikan keluarga dan masyarakat di dunia dan akhirat. He… narsis atau bukan ya? Ah… cita-cita itu kan harus seidela mungkin yang penting realistis dan terwujud. Betul… betul… betul…!?

Pendidikan
Riwayat pendidikan Yusuf Awaludin dimulai dari Madrasah Ibtidaiyah Pesantren Persatuan Islam (PPI) 7 Cempakawarna Tasikmalaya. Setelah lulus tahun 1997/1998 ia melanjutkan ke Tsanawiyah PPI 7 Cempakawarna dan lulus tahun 2000/2001. Jenjang selanjutnya ditempuh di Mu’allimin PPI 7 Cempakawarna dan lulus tahun 2003/2004. Jadi, beliau adalah kuncen PPI 7 Cempakawarna dan mendapat gelar Lc. (lulusan Cempakwarna). He…
Di dunia kampus, ia adalah seorang petualang kampus. Sempat lolos seleksi di Jurusan PAI UIN Bandung, ia tidak mengambil kesempatan itu dan lebih memilih kuliah di Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Ciamis. Berselang satu tahun, ia pulang kampung. Program S1-nya di IAID Ciamis dikonversikan ke Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Tasikmalaya. Tidak bertahan lama di STAI Tasikmalaya, ia kembali menjajaki Ma’had ‘Aly Persatuan Islam Tasikmalaya. Di kampus inilah Yusuf Awaludin menambatkan gelar S.Pd.I pada namanya tepat tahun 2010. Yusuf Awaludin, sang generasi asli cetakan Persatuan Islam. Jika tangannya  disayat, darahnya akan membentuk lambang Persatuan Islam, he…
Menurut pengakuannya, kenapa ia menjadi mahasiswa nomaden, pindah dari kampus ke kampus? Tegas saja ia menjawab, “Hati saya rindu dengan suasana kampus yang penuh nilai Quran-Sunnah”.

Pengalaman Organisasi
Di Madrasah Tsanawiyah ia pernah menjabat sebagai Wakil Bendahara Rijalul Ghad (RG) semacam OSIS di sekolah-sekolah umum pada masa jihad 1998-1999. Kemudian naik pangkat menjadi Ketua Umum masa jihad 1999-2000.
Berikutnya di jenjang Mu’allimin PPI 7 Cempakawarna ia terpilih menjadi Wakil Ketua Umum RG masa jihad 2001-2002. Setahun kemudian ia diamanahi tugas menjadi Ketua Bidang Pengembangan Minat dan Bakat setelah hanya menempati posisi kedua pada pemilihan ketua umum RG Mu’allimin masa jihad 2002-2003.
Di dunia kampus, Yusuf Awaludin memposisikan dirinya sebagai pengamat pergerakan mahasiswa baik di internal maupun eksternal kampus. Ia lebih memilih aktif di OKP Pemuda Persatuan Islam Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya.
Pada Musyawarah Cabang (Muscab) VII Pemuda Persatuan Islam Cihideung Kota Tasikmalaya ia terpilih menjadi Ketua Umum untuk tiga tahun (2008-2010). Dan, pada Muscab VIII beliau kembali terpilih menjadi Ketua Umum untuk masa jihad 2011-2013. Yusuf juga aktif di Pimpinan Daerah Pemuda Persatuan Islam Kota Tasikmalaya sebagai Kabid Publikasi dan Penyiaran masa jihad 2010-2012
Selain di Persatuan Islam, Yusuf aktif di Forum Komunikasi Remaja Muslim (FKRM) mulai tahun 2008 sampai saat ini. Jabatan yang pernah ia duduki di FKRM adalah sebagai Sekretaris Presidium FKRM, Direktur Menjadi Remaja Tangguh (MRT) dan saat ini menjadi Pemimpin Redaksi Bulletin BARU untuk amanah satu tahun sampai 2011.

Aktivitas
Sehari-hari Yusuf mengajar di Pesantren Persatuan Islam 7 Cempakawarna pada jenjang Ibtidaiyah, sekolah yang dulu pernah mendidiknya sejak usia 7 sampai 12 tahun. Jabatannya sekarang adalah GMP Bahasa Inggris dan Matematika di lembaga tersebut. Selain aktif di internal sekolah, Yusuf pun aktif sebagai anggota perumus soal Ulangan Umum Madrasah Ibtidaiyah se-Kota Tasikmalaya.
Profesi “sampingan”nya, Beliau diamanahi jama’ah untuk menjadi penyambung risalah Allah dan Rasulullah alias muballigh pada pengajian-pengajian. Orang-orang memanggilnya dengan sebutan “ustadz” alias guru. Jika murid-muridnya yang memanggil “ustadz”, ia sih setuju-setuju saja karena ustadz itu berarti guru karena memang ia berprofesi sebagai guru. Tapi jika masyarakat yang menyebutnya ustadz ia merasa tidak pantas dan memang tidak menginginkan karena masih banyak para ‘alim yang lebih pantas mendapat sebutan sakral itu. Aktivitas dakwah lainnya adalah sebagai pemandu siaran sekaligus mengisi kajian di Radio Martha 101,3 FM Tasikmalaya.
Membaca adalah hal urgen yang tidak pernah Yusuf lewatkan. Santapan utamanya adalah membaca kitab suci al-Quran secara intensif. Ia pun aktif mengecek bookstore-bookstore di Tasikmalaya dan jika ada buku yang menarik perhatiannya ia beli tapi kalau lagi nggak kanker alias kantong kering, he… Disebut kutu buku nggak juga sih, cuma dia memosisikan diri sebagai lelaki yang –insya Allah– haus akan ilmu melalui pengajian, kajian, termasuk membaca buku.
Konsep berpikir dan berakhlak sedikit banyaknya akan dipengaruhi oleh kualitas bacaan seseorang. Menyadari akan hal itu, Yusuf senang bergaul dengan buku. Buku favorit yang suka ia jadikan referensi ilmu, amal dan dakwahnya di antaranya adalah Kitab Syaikhaniy alias Shahih Imam al-Bukhari dan Shahih Imam Muslim. Selain itu, Ibnu Katsir, al-Maraghiy, al-Qurthubiy, ath-Thabariy, Subulussalam, Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, Fathul Bari, Nailul Authar, dan lain-lain adalah buku-buku yang ia favoritkan. Untuk buku-buku nasional ia salut kepada Quraish Shihab dengan tafsirnya Al-Mishbah dan salah satu bukunya Membumikan al-Quran, A. Hasan denan buku-buku kritisnya, KH. A. Zakaria dengan buku-bukunya seputar trilogy agama yakni Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq seperti al-Hidayah fi Masailil Fiqhiyyah. Untuk fiksi ia lebih pro kepada Habiburrahman Elshirazy (Kang Abik) karena menurutnya nilai-nilai spiritual yang disampaikan begitu kental dan memprovokasi hati.

Riwayat Kesehatan
Sejak kecil, katanya sih… Yusuf jarang sakit. Paling-paling hanya sakit gigi. Maklum lah… Yusuf kecil senang dengan makanan yang pedas-pedas plus minuman yang serba dingin.
Setelah masuk ke dunia pendidikan yang lebih memforsir perhatiannya, kesehatan Yusuf mulai terusik oleh beberapa penyakit yang ia alami. Puncaknya adalah dengan kesibukannya di kampus, di sekolah dan di masyarakat, ia pernah masuk rumah sakit dengan diagnosa radang saluran kencing. Alhamdulillah penyakit itu tidak berkunjung lama, beberapa hari setelah pulang dari RS, Allah swt. menakdirkan penyakitnya hilang. Tetapi semenjak itu, imunitas tubuhnya menurun. Seringkali selepas capek beraktivitas, kepalanya selalu terasa sakit. Dan, hal itu terjadi pada kisaran tahun 2008-2009.
Sahabat-sahabatnya terutama anak didiknya mengkhawatirkan realitas yang saat itu Yusuf alami. Apa solusi yang harus ditempuh? Bingung… Mereka lebih melihat realitas Yusuf saat itu dari sisi psikologis. Mereka “mendakwa” bahwa Yusuf mengalami tekanan dan beban aktivitas yang begitu menggunung. Sehingga batas-batas psikologisnya terhujam tak bergeming yang pada akhirnya ia sering sakit kepala. Medis menyebutnya Psikosomatis. Sebuah penyakit fisik yang timbul karena benteng psikologis yang runtuh. Tetapi Yusuf memberontak pada saat itu. Dalam hatinya bergumam, “Apa mungkin seorang ‘mujahid’ seperti aku ini mengalami hal yang dituduhkan sahabat-sahabatku? Oh… its impossible”.
Dari tuduhan-tuduhan tak berdasar itu, Yusuf segera mencari konsep-konsep tentang dunia medis. Termasuk mengetahui lebih dalam tentang psikosomatis. Di sela-sela aktivitasnya yang mulai padat lagi, ia dipertemukan dengan Pelatihan Shalat Khusyu di bawah pimpinan Ustadz Abu Sangkan. Pada saat itu (2009 akhir) Yusuf masih sakit-sakitan. Dan, saat mengikuti pelatihan pertamanya di Pelatihan tersebut pun kepalanya terasa sakit. Dahsyatnya… sehabis pelatihan ia merasa ada jiwa baru yang hinggap di dirinya. Ia lebih merasakan ketenangan, fresh, bugar, dan seabrek perasaan positif lainnya yang sebelumnya jarang ia rasakan.
Akhirnya, mulai dari saat itu, Yusuf perlahan mengalami perubahan signifikan tentang kesehatannya. Awal 2010 pertanda baik nampaknya sedang ia alami. Kesehatannya kembali lagi. Ia jarang sakit. Kalau pun sakit kepalanya tengah ia rasakan, ia merasa enjoy dan tidak terlalu mengkhawatirkan. Bangun… Bangkit… dan Berlari…! Kata-kata itu ia simpan di benaknya dan ia pampang di kesadarannya. Sampai saat ini, Alhamdulillah Allah megizinkan Yusuf merasakan nikmat sehat yang sangat berharga. Terlalu mahal jika harus dibeli dengan materi. Makanya, mumupung lagi sehat, ayo antum manfaatkan sebaik mungkin…!

Happiness Home
Yusuf, yang bergolongan darah O ini, tinggal di sebuah rumah super sederhana bersama ayah-ibu tercintanya dan dua orang adik perempuannya yang sangat ia sayangi. Yang satu bernama Rahmi Maulani, duduk di bangku Tsanawiyah kelas VIII dan si bungsu, Alia Amalia,  tengah menempuh pendidikan di Ibtidaiyah tingkat IV.  Tepatnya di Jl. Paseh Babakan Balong RT/RW 02/08 Kelurahan Tuguraja Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya 46125.
Jika ingin berkomunikasi dengan Yusuf bisa melalui:
Handphone 081214747090
Facebook di youzmuzakkiy@yahoo.co.id
Yusuf sekeluarga merasa bahagia dengan keberadaan keluarganya yang super sederhana. Prinsip kebahagiaan yang selalu ia tanamkan pada diri dan keluarganya masih ia pegang. Unzhuru ila man huwa asfala minkum, wala tanzhuru ila man huwa fauqakum...! Perhatikanlah orang yang berada di bawahmu dan jangan memerhatikan orang yang berada di atasmu. Relativitas materi duniawi tidak akan pernah berakhir. So, kita mesti membandingkan urusan materi dunia dengan yang lebih rendah dari kita. Itulah konsep qana’ah, kekayaan yang tiada bandingan.
Terlahir dari keluarga sederhana, Yusuf sederhana memiliki obsesi yang cukup diperhitungkan. Menjadi guru, sudah ia wujudkan. Menjadi penyambung risalah Allah dan Rasulullah alias muballigh, sedang ia proses. Ia masih memiliki obsesi spiritual yang belum ia gapai. Menikah. Itu yang belum ia amalkan. Heu… ada ada aja ya Yusuf ini? Tapi nggak loh, nikah kan ibadah penyempurna agama? Nikah kan ibadah yang paling indah…! Nikah kan ibadah yang paling nikmat…! Hayo… setuju setuju setuju!? Setuju lah… setuju dapat pahala loh… he…
Obsesi lain yang ingin ia wujudkan adalah mejadi seorang penulis plus trainer yang mampu memberi sumbangan gagasan untuk perubahan diri, masyarakat dan bangsa yang lebih baik. Ia sedang berproses. Dengan moto hidup yang cukup brilian dan tajam (he… pede abiz…) “Menjadi muslim yang ikhlas menjadi mukmin yang cerdas”, Yusuf siap berjuang dalam mujahadah menegakkan kalimah Allah di muka bumi. Dan, salah satunya adalah dakwah bil kitabah alias menyeru kepada kebenaran melalui tulisan.
Kita doain yuk, semoga obsesinya tersebut segera dapat terealisasikan dengan sempurna dan full barokah. Aamiin…